Perjalananku Saat Ini Adalah Sebuah Keputusan Yang Sangat Berbeda Dengan Biasanya. Memang Saya Tak Mau Merepotkan Orang Lain. Saya Memilih Tuk Diam Berbaur Dengan Yang Lain. Wah Namun Senang Rasanya Mendapatkan Banyak Inspirasi Dari Orang - Orang Hebat Yang Selama Ini Mendengar Namanya Pun Aku Tak Pernah Sungguh Mereka Pemimpin Yang Hebat Yang Selama Ini " Kuabaikan ". Hal Yang Tidak Mudah Bagi Seorang Introvert Seperti Saya.Sungguh Hal Itu Membutuhkan Energi Yang Sangat Banyak Hahahaha.
Tapi rasanya itu pantas dan rasanya energi itu akan datang dari alam maupun Bangunan Tua Cagar Budaya, atau mungkin datang pula dari mereka Yang Selama ini Kuabaikan.
Dalam percakapan Malam itu, saya bertanya tanya dalam hati apakah saya akan bisa menyusul mereka yang begitu memiliki ambisi. Mereka yang bervisi Jelas, langkah-langkah yang begitu konkrit. Dan pencapaian-pencapaian yang mentereng. Sementara saya lebih mendahulukan urusan orang lain untuk di selesaikan. Lalu bagaimana dengan urusan saya yang Seorang Pecundang yang baru mengenal arti dari teman?
Hidup bukan perlombaan kata saya dalam hati. Semua Orang Punya Pencapaian Sendiri Sendiri Hingga Saya Teringat Perkataan Seorang Guru Yang Kira begini "saat kita sibuk menyelesaikan urusan orang lain, insyaallah urusan kita akan diurus oleh pemilik segala urusan"
Jawaban Yang Kemudian Membuat Hatiku Sedikit Tenang.
Mungkin ini ambisi saya. Inilah ambisi yang kata dia adalah sebuah ego. Sebuah Ketidaktahuan dan Sebuah Penyakit dalam Diri saya
Mungkin memang inilah peran saya. Menundukkan diri, mengutamakan sekeliling. Mereka yang akan menunggu giliran untuk terlelap paling akhir. Ah. Siapkah saya? Lihat, betapa tidak tahu dirinya saya ini.










0 Comments:
Posting Komentar